Sumenep-penaindonesia.net
Makam yang berada di bukit Madura paling ujung hingga kini ramai di kunjungi para peziarah dari berbagai wisatawan baik lokal maupun nasional bahkan manca negara. Makam ini di sebut makam Astatinggi yaitu tempat Peristirahatan terakhir raja-raja dan keluarga bangsawan Keraton Sumenep berada di atas perbukitan Madura.
Makam itu dibangun sejak awal abad 17, lalu baru selesai setelah tiga generasi , makam itu dinamakan Asta Tinggi. Nama itu bahkan dipakai juga sebagai nama jalan keberadaan lokasi makam, yakni Jalan Asta Tinggi, Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep.propinsi Jawa Timur.
Kompleks makam berada sekitar 2,5 kilometer arah barat dari Keraton Sumenep.
Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi disebut sebagai Asta Raja yang maknanya adalah makam para Pangradja atau para Pembesar Kerajaan yang berupa makam.
Asta berarti makam atau kuburan, dan tinggi di sini menunjukkan lokasi makam yang berada di daerah perbukitan. Jadi, Asta Tinggi merupakan kompleks pemakaman bagi Raja Sumenep beserta keluarganya di dataran tinggi.
Saat penaindonesia.net berkunjung ke lokasi ini Minggu (26/6) banyak para peziarah berkunjung dan memberikan doa kepada Auliya yang ada di area makam itu.mereka rata rata dari kelompok peziarah rombongan yang di pimpin ketua rombongan kemudian sebelum masuk lokasi melaporkan ke petugas berapa jumlah jamaah ikut masuk di area makam. Saat di area di tunjukan oleh juru kunci menetangkan mengenai sejarah tempat makam para penggawa kerajaan itu.
Sebelumnya penaindonesia.net 3 tahun yang lalu pernah ke lokasi tetapi sendirian diantar oleh 4 orang juru kunci.menunjukan silsilah makam raja ini .jika kirim doa mulai dari sebelah kiri kemdian kanan dan belakang , ketika datang ke sana seperti membaca kembali riwayat raja-raja dari Keraton Sumenep. Banyak para peziarah ke makam ini karena makam kuno dan di makamkan para pejuang agama Islam disini
Dibangun 3 generasi
Menurut sejarah buku yang di tulis Ahcmad
Asta Tinggi dibangun sekitar tahun 1750 Masehi. Kawasan Pemakaman Asta Tinggi rencana awalnya dibuat oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II.
Asta Tinggi sendiri memiliki dua bagian dimana bagian barat memiliki corak Jawa. Di bagian timur sendiri lebih dominan corak China, Eropa, Arab dan Jawa.
Pembangunannya berlanjut dari masa pemerintahan Panembahan Sumala dan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang tidak lain dan tidak bukan adalah putranya.
Lalu, masih berlanjut lagi pada masa pemerintahan Panembahan Natakusuma II.
Adapun keberadaan kompleks pemakaman itu sebenarnya sudah ada sejak abad ke-16, tetapi baru mulai ada pembangunan yang seperti dilihat sekarang dimulai pada 1750 Masehi.
Luas areal kompleks makam berukuruan 112,2 meter x 109,25 meter, dikelilingi tembok yang hanya terdiri dari batu kapur yang tersusun rapi tanpa adukan semen dan pasir.
Arsitektur bangunan yang ada di makam tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan dari beberapa daerah (Belanda, Arab, China maupun Jawa) kendati sekilas kebudayaan Hindu masih kelihatan menonjol.
Bangunan bagian barat terdiri atas tiga kubah. Di dalam kubah 1 disemayamkan R Ayu Mas Ireng, Pangeran Anggadipa, Pangeran Seppo, Pangeran Rama, R Ayu Artak dan Pangeran Panji Polang Jiwa. Kubah 2 terdiri atas makam Ratu Ari, Pangeran Jimat, dan R Aria Wiranegara, sedangkan di dalam kubah 3 terdapat makam R Bindara Saod, R Ayu Dewi Rasmana, dan lain-lain.
Makam pertama yang ada di Asta Tinggi adalah makam dari R Mas Pangeran Anggadipa yang merupakan seorang Adipati. Makam perempuan di samping beliau adalah makam dari istrinya yang bernama R Ayu Mas Ireng, R Ayu Mas Ireng sendiri adalah putri dari Panembahan Lemah Duwur.
Dulu pada awalnya, Asta Tinggi tidak memiliki pagar hanya rimba belantara dan batuan terjal. Untuk menghormati Pangeran Anggadipa dan istrinya, Pangeran Rama yang ketika itu menjabat sebagai Adipati Sumenep membangun pagar dengan batu-batu yang disusun rapi.(sob/red)