ArtikelBerita

KH. Achmad Cholili Pengasuh Ponpes Cangaan Bangil Pasuruan, Layak Jadi Pahlawan Nasional

PASURUAN(penaindonesia.net) – Menelusuri Asal usul Sejarah pondok pesantren Canga’an, Bangil kabupaten Pasuruan, tempat belajar nya Para ulama besar.

Berikut penelusuran subari, mahasiswa program Doktor universitas Abdul Chalim, juga seorang peneliti dan sejarawan dari pasuruan jawa timur.

Pondok pesantren Canga’an adalah sebuah Pesantren Tertua di Bangil, bangkan di pasuruan dan sekitarnya. Pondok pesantren Canga’an di dirikan olek kyai Sayyidin santrinya Sunan Bonang. Pondok pesantren ini di dirikan pada tahun 1709 M ( kurang lebih 300 tahun )
Kyai sayidin nyantri dengan Sunan Bonang selama 3 tahun setelah nikah istrinya nyai Asmirah menyusul nyari di Sunan Bonang selama 2 tahun.
Selang beberapa tahun sayidin disuruh pulang oleh sunan bonang untuk mendirikan pondok guna mengamalkan ilmunya . Kemudian dibangunlah pondok pesantren dengan nama Canga’an.
Selama nyantri di Sunan Bonang beliau di bekali ilmu Tauhid dan amal jariyah ini diteruskan hingga anak cucu beliau .

Banyak Ulama Besar Belajar Disini.

Pondok Pesantren Canga’an merupakan Pondok Pesantren Tertua di Bangil, Banyak Ulama Besar Belajar menempa ilmu Disini.
Pondok Cangaan Pesantren Tertua di Bangil, Banyak Ulama Besar Belajar Disini
Bangil merupakan kecamatan yang memiliki kekayaan khazanah intelektual yang besar.

Bangil merupakan kecamatan yang memiliki kekayaan khazanah intelektual yang besar. Julukan kota santri juga sangat tepat jika jatuh pada kota kecil ini, karena hampir di setiap sudut perkampungan ada pesantren-pesantren yang cukup besar dan sarat bersejarah. Ulama-ulama yang berada di Bangil juga salah satu bagian dari guru para ulama di Jawa Timur ini. Ke khas an yang lebih dekat lagi adalah varian suku yang ada, di antaranya Arab, Cina, Jawa serta Madura, bahkan ras Arab memiliki semacam perkampungan tersendiri (kampung yang banyak orang Arabnya).

Berbicara tentang pesantren, dalam sejarah Bangil memiliki pesantren yang sangat tua usianya, kurang lebih berusia 400 tahun lebih. Di lihat sisi arsitektur bangunan, pesantren tersebut memang memiliki usia yang sudah tua. Sekitar tahun (1709 M- 2024) (sumber data SK. PBNU) satu Abad NU, Pesantren Ganga’an Bangil yang bertempat di kelurahan Gempeng Bangil ini dekat sungai besar diberi nama Pondok Cangaan.

Berikut silsilah penerus pondok pesantren Cangaan Bangil kabupaten Pasuruan jawa Timur, tempatnya para kyai Besar belajar disini.
1. kyai sayidin kemudian menikah dengan nyai Asmirah mempunyai putra pertama Imam Puro, dan kemudian memiliki putra bernama kyai Abdul latif . Saat zaman kyai Abdul latif syaichona cholil bangkalan mulai mondok menjadi santri Kyai Abdul latif. Perkiraan tahun 1900 Setelah syaichona cholil mondok cerita ke pada para santrinya untuk ngalap berkah di pondok gurunya.
Diantara santri syaikhona bernama Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah dan kakeknya Maimoen Zubair dan zarkasih ponorogo, diasuh oleh kyai asyik di pondok cangaan gempeng kabupaten Pasuruan, perkiraan tahun 1709.M menurut surat keterangan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (SK.Dari PBNU) peringatan 1 abad NU.

Sekarang pondokan atau kamar KH. Hasyim, Asy’ari, dan KH. Wahab Abdullah masih ada untuh di lokasi pondok pesantren Canga’an Bangil kab. Pasuruan jawa Timur.

Setelah santrinya pulang, ke asalnya dan menyiarkan agama di daerahnya, pondok cangaan di lanjutkan kyai Bahri sekitar usia 40 tahun wafat kemudian di teruskan putranya sulka juga wafat, akhirnya pondok sempat vakum. Kemudian dilanjutkan penerus ke enam kyai Ahmad Kholili kyai kholili wafat di lanjutkan kyai Sibro muis penerus ke 7 sampai tahun 2005. Kemudian pondok pesantren dilanjutkan penerus dilanjutkan penerus ke delapan kyai Ahmad Ridlo’i hingga sekarang.

Komplek atau ribat yang ada menggunakan nama asal daerah, yaitu kamar/ribath/komplek Madura, Bangkalan, Jawa. Dilihat dari nama-nama ribath atau komplek yang ada di pondok tersebut, bisa di indikasi, kemungkinan yang nyantri di pondok Cangaan adalah se Asia Tenggara. Karena penyebutan kata Jawa pada masa Mbah Hasyim Asyari, meliputi Indonesia, bahkan penduduk melayu sekitar nya, yaitu Brunai dan Malaysia.

Pondok Cangaan menyimpan sejarah yang luar biasa. Pendiri pondok tersebut adalah wali Allah yang memiliki julukan Mbah Lowo Ijo (makamnya di Diwet Pogar), dengan nama asli Syekh Jalaluddin atau Syekh Abdul Qodir. Diberi julukan Mbah Lowo Ijo karena saat di kejar-kejar penjajah beliau menjelma menjadi Lowo Ijo. Dalam cerita yang lain disebutkan, julukan Lowo Ijo itu karena saat 10 ke tiga bulan Ramadan beliau melakukan sholat dan munajat di ranting-ranting pohon bahkan dedaunan. (wallahu a’lam).

Santri yang belajar di pondok Cangaan ini telah menorehkan ulama-ulama besar, bahkan guru dari para kyai, diantaranya adalah Syaikhona Kholil Bangkalan (guru dari Hadrotus Syekh KH Hasyim Asyari/pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama). Saat beliau nyantri di pondok Cangaan, pengasuh nya adalah KH Abdul Lathif, nama yang sama dengan ayahandanya. Ketika nyantri di Cangaan usia Saikhona Kholil masih tujuh tahun, ada yang mengatakan 9 atau 12 tahun. Selain beliau juga ada peninggalan dari syaicona cholil yakni sumur yang di gali dengan menggunakan batok kelapa, hingga saat ini airnya am terus mengalir tidak pernah surut.
Pondok cangaan telah menorehkan ulama besar tetapi pondok pesantren Canga’an masih biasa saja.

ulama-ulama besar yang pernah mondok di Pondok cangaan seperti KH Chasbulloh (ayah dari KH Abdul Wahab Chasbulloh/pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama), juga Hadrotus Syekh Hasyim Asyari melakukan tabarukkan nyantri di pondok pesantren Cangaan ini. (Sob)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button