PENAINDONESIA.NET – Surat Al-Mulk artinya ‘kerajaan’. Surat ini terdiri dari 30 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Surat Al-Mulk berada di urutan ke-67 dalam susunan surat mushaf Al-Qur’an serta merupakan surat pembuka juz 29.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyebutkan Surat Al-Mulk memiliki beberapa nama lain sebagaimana ditemukan dalam sejumlah hadits, yakni Surat Tabaraka alladzi biyadihi al-Mulk, Surat Tabaraka al-Mulk, Surat Tabarak, Surat Al-Munjiyah, dan Surat Al-Mani’ah.
Dari segi isi kandungan surat, ulama tafsir Al-Biqa’i memaparkan bahwa surat ini menunjukkan ketundukan mutlak hanya kepada Allah SWT dan tidak kepada yang lain.
Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10 menerangkan pula kandungan Surat Al-Mulk yang berisi; penjelasan mengenai Allah SWT adalah sang pencipta dan semua ciptaan-Nya memiliki keseimbangan serta keharmonisan, perintah untuk memperhatikan alam semesta untuk mempertebal keimanan, juga hidup dan mati adalah ujian dari-Nya.
Untuk lebih memahami Surat Al-Mulk, kamu dapat membaca langsung bacaan ayat-ayat beserta artinya.
Surat Al-Mulk Ayat 1-30: Arab, Latin, dan Artinya
Berikut bacaan Surat Al-Mulk ayat 1-30 beserta tulisan Arab, latin, dan terjemahannya:
تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ – 1
Latin: Tabārakal-lażī biyadihil-mulk(u), wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr(un).
Artinya: “Maha Berkah Dzat yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,”
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ – 2
Latin: Allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu ‘amalā(n), wa huwal-‘azīzul-gafūr(u).
Artinya: “yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ – 3
Latin: Allażī khalaqa sab’a samāwātin ṭibāqā(n), mā tarā fī khalqir-raḥmāni min tafāwut(in), farji’il-baṣara hal tarā min fuṭūr(in).
Artinya: “(Dia juga) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih ketidakseimbangan sedikit pun. Maka, lihatlah sekali lagi! Adakah kamu melihat suatu cela?”
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ اِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَّهُوَ حَسِيْرٌ – 4
Latin: Ṡummarji’il-baṣara karrataini yanqalib ilaikal-baṣaru khāsi’aw wa huwa ḥasīr(un).
Artinya: “Kemudian, lihatlah sekali lagi (dan) sekali lagi (untuk mencari cela dalam ciptaan Allah), niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan kecewa dan dalam keadaan letih (karena tidak menemukannya).”
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ – 5
Latin: Wa laqad zayyannas-samā’ad-dun-yā bimaṣābīḥa wa ja’alnāhā rujūmal lisy-syayāṭīni wa a’tadnā lahum ‘ażābas-sa’īr(i).
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang, menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat pelempar terhadap setan, dan menyediakan bagi mereka (setan-setan itu) azab (neraka) Sa’ir (yang menyala-nyala).”
وَلِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ – 6
Latin: Wa lil-lażīna kafarū birabbihim ‘ażābu jahannam(a), wa bi’sal-maṣīr(u).
Artinya: “Orang-orang yang kufur kepada Tuhannya akan mendapat azab (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ – 7
Latin: Iżā ulqū fīhā sami’ū lahā syahīqaw wa hiya tafūr(u).
Artinya: “Apabila dilemparkan ke dalamnya (neraka), mereka pasti mendengar suaranya yang mengerikan saat ia membara.”
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ – 8
Latin: Takādu tamayyazu minal-gaiẓ(i), kullamā ulqiya fīhā faujun sa’alahum khazanatuhā alam ya’tikum nażīr(un).
Artinya: “(Neraka itu) hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaganya bertanya kepada mereka, “Tidak pernahkah seorang pemberi peringatan datang kepadamu (di dunia)?”
قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ – 9
Latin: Qālū balā qad jā’anā nażīr(un), fa każżabnā wa qulnā mā nazzalallāhu min syai'(in), in antum illā fī ḍalālin kabīr(in).
Artinya: “Mereka menjawab, “Pernah! Sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(-nya) dan mengatakan, ‘Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun.'” (Para malaikat berkata,) “Kamu tidak lain hanyalah (berada) dalam kesesatan yang besar.”
وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ – 10
Latin: Wa qālū lau kunnā nasma’u au na’qilu mā kunnā fī aṣḥābis-sa’īr(i).
Artinya: “Mereka juga berkata, “Andaikan dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), tentulah kami tidak termasuk ke dalam (golongan) para penghuni (neraka) Sa’ir (yang menyala-nyala).”
فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْۢبِهِمْۚ فَسُحْقًا لِّاَصْحٰبِ السَّعِيْرِ – 11
Latin: Fa’tarafū biżambihim, fasuḥqal li’aṣḥābis-sa’īr(i).
Artinya: “Mereka mengakui dosanya (saat penyesalan tidak lagi bermanfaat). Maka, jauhlah (dari rahmat Allah) bagi para penghuni (neraka) Sa’ir (yang menyala-nyala) itu.”
اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ – 12
Latin: Innal-lażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi lahum magfiratuw wa ajrun kabīr(un).
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan tanpa melihat-Nya akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”
وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِهٖۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ – 13
Latin: Wa asirrū qaulakum awijharū bih(ī), innahū ‘alīmum bidzatiṣ-ṣudūr(i).
Artinya: “Rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”
اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ – 14
Latin: Alā ya’lamu man khalaq(a), wa huwal-laṭīful-khabīr(u).
Artinya: “Apakah (pantas) Dzat yang menciptakan itu tidak mengetahui, sedangkan Dia (juga) Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ – 15
Latin: Huwal-lażī ja’ala lakumul-arḍa żalūlan famsyū fī manākibihā wa kulū mir rizqih(ī), wa ilaihin-nusyūr(u).
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ – 16
Latin: A’amintum man fis-samā’i ay yakhsifa bikumul-arḍa fa’iżā hiya tamūr(u).
Artinya: “Sudah merasa amankah kamu dari Dzat yang di langit, yaitu (dari bencana) dibenamkannya bumi oleh-Nya bersama kamu ketika tiba-tiba ia terguncang?”
اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ – 17
Latin: Am amintum man fis-samā’i ay yursila ‘alaikum ḥāṣibā(n), fa sata’lamūna kaifa nażīr(i).
Artinya: “Atau, sudah merasa amankah kamu dari Dzat yang di langit, yaitu (dari bencana) dikirimkannya badai batu oleh-Nya kepadamu? Kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.”
وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ – 18
Latin: Wa laqad każżabal-lażīna min qablihim fakaifa kāna nakīr(i).
Artinya: “Sungguh, orang-orang sebelum mereka pun benar-benar telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka, betapa hebatnya kemurkaan-Ku!”
اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ – 19
Latin: Awalam yarau ilaṭ-ṭairi fauqahum ṣāffātiw wa yaqbiḍn(a), mā yumsikuhunna illar-raḥmān(u), innahū bikulli syai’im baṣīr(un).
Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.”
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِۗ اِنِ الْكٰفِرُوْنَ اِلَّا فِيْ غُرُوْرٍۚ – 20
Latin: Am man hāżal-lażī huwa jundul lakum yanṣurukum min dūnir-raḥmān(i), inil-kāfirūna illā fī gurūr(in).
Artinya: “Atau, siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat menolongmu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.”
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗ ۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ – 21
Latin: Am man hāżal-lażī yarzuqukum in amsaka rizqah(ū), bal lajjū fī ‘utuwwiw wa nufūr(in).
Artinya: “Atau, siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Sebaliknya, mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).”
اَفَمَنْ يَّمْشِيْ مُكِبًّا عَلٰى وَجْهِهٖٓ اَهْدٰىٓ اَمَّنْ يَّمْشِيْ سَوِيًّا عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ – 22
Latin: Afamay yamsyī mukibban ‘alā wajhihī ahdā ammay yamsyī sawiyyan ‘alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Artinya: “Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup itu lebih mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”
قُلْ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ – 23
Latin: Qul huwal-lażī ansya’akum wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abṣāra wal-af’idah(ta), qalīlam mā tasykurūn(a).
Artinya: “Katakanlah, “Dialah Dzat yang menciptakanmu dan menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. (Akan tetapi,) sedikit sekali kamu bersyukur.”
قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَاَكُمْ فِى الْاَرْضِ وَاِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ – 24
Latin: Qul huwal-lażī żara’akum fil-arḍi wa ilaihi tuḥsyarūn(a).
Artinya: “Katakanlah, “Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ – 25
Latin: Wa yaqūlūna matā hāżal-wa’du in kuntum ṣādiqīn(a).
Artinya: “Mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji (azab) ini jika kamu orang-orang benar?”
قُلْ اِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللّٰهِ ۖوَاِنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ – 26
Latin: Qul innamal-‘ilmu ‘indallāh(i), wa innamā ana nażīrum mubīn(un).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas.”
فَلَمَّا رَاَوْهُ زُلْفَةً سِيْۤـَٔتْ وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقِيْلَ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تَدَّعُوْنَ – 27
Latin: Falammā ra’auhu zulfatan sī’at wujūhul-lażīna kafarū wa qīla hāżal-lażī kuntum bihī tadda’ūn(a).
Artinya: “Ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dikatakan (kepada mereka), “Ini adalah (sesuatu) yang dahulu kamu selalu mengaku (bahwa kamu tidak akan dibangkitkan).”
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَهْلَكَنِيَ اللّٰهُ وَمَنْ مَّعِيَ اَوْ رَحِمَنَاۙ فَمَنْ يُّجِيْرُ الْكٰفِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ – 28
Latin: Qul ara’aitum in ahlakaniyallāhu wa mam ma’iya au raḥimanā, famay yujīrul-kāfirīna min ‘ażābin alīm(in).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami (dengan memperpanjang umur kami,) lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?”
قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ – 29
Latin: Qul huwar-raḥmānu āmannā bihī wa ‘alaihi tawakkalnā, fasata’lamūna man huwa fī ḍalālim mubīn(in).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Dzat Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍ – 30
Latin: Qul ara’aitum in aṣbaḥa mā’ukum gauran famay ya’tīkum bimā’im ma’īn(in).
bersabd
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”
Keutamaan Surat Al-Mulk
Dikutip dari Tafsir Ibnu Katsir dan buku Misteri Kematian dan Alam Barzah oleh Mahir Ahmad Ash-Shufiy, Surat Al-Mulk memiliki sejumlah keutamaan di baliknya terutama bagi para pembacanya. Yakni sebagai berikut:
1. Pemberi Syafaat
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
إِنَّ سُوْرَةً فِي الْقُرْآنِ ثَلَاثِيْنَ آيَةً شَفَعَتْ لِصَاحِبِهَا حَتَّى غُفِرَ لَهُ: تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ
Artinya: “Sesungguhnya ada sebuah surat di dalam Al-Qur’an terdiri dari tiga puluh ayat yang memberikan syafaat kepada pembacanya sehingga diberikan ampunan (Allah SWT) kepadanya, (yakni surat) ‘Tabarakalladzi biyadihil mulku.” (HR Ahmad)
2. Tameng Siksa Kubur
Ibnu Abbas RA menceritakan: “Salah seorang sahabat Rasulullah SAW memasang kemah di atas kuburan karena dia tidak menyangka tempat tersebut tanah kuburan. Tiba-tiba dia mendengar dari dalam kuburan ada yang membaca Surat Al-Mulk sampai selesai.
Maka datanglah dia kepada Nabi SAW untuk menghadap seraya bertanya, ‘Ya Rasulullah, aku memasang kemahku pada satu kuburan, aku tidak menyangka jika di sana terdapat kuburan, ternyata kuburan tersebut membaca Surat Al-Mulk hingga selesai.’
Kemudian Nabi SAW bersabda, ‘Itu Surat Al-Mulk yang dapat menjaga pembacanya dari siksa kubur.'” (HR Tirmidzi)
3. Bacaan Sebelum Tidur Rasul SAW
Diriwayatkan dari Laits bin Abi Sulaim, dari Abuz Zubair, dari Jabir RA bahwa “Rasulullah SAW tidak tidur sampai membaca ‘Alif laam miim tanziil’ dan ‘Tabarakalladzi biyadihil mulku’.” (HR Tirmidzi)
4. Bacaan Nabi SAW pada Sholat Subuh di Hari Jumat
Ibnu Mas’ud RA mengatakan, “Rasulullah SAW pada sholat Jumat membaca Surat Al-Jumu’ah dan Al-A’la. Dan pada sholat Subuh hari Jumat membaca Surat As-Sajdah dan Al-Mulk.” (HR Abdurrazzaq)
Itulah bacaan Surat Al-Mulk ayat 1-30 beserta tulisan Arab, latin, arti, dan keutamaan bagi para pembacanya.(Gus)