PASURUAN(penaindonesia.net) – Efektifitas dan efisiensi berdakwah di era digital harus menjadi perhatian khusus oleh para da’i dengan menerapkan manajemen dakwah, jika tidak maka hasilnya tidak sesuai dengan harapan, tantangan dakwah di era ini tidak sedikit terus bertambah, majelis taklim banyak ditinggal, mereka lebih senang mengikuti pengajian dan kajian-kajian ilmu melalui medsos.
Demikian di urai Wakil dewan pertimbangan MUI Kab. Pasuruan Buya Muzammil Syafii. Sementara itu Kyai Nurul Huda menyinggung soal efektifitas dan efisiensi dakwah, menurut kyai Huda harus dikembalikan pada konsep Al-Qur’an dan Assunah karena tuntunan ini sudah lengkap tinggal menyesuaikan kondisi yang ada. Sebagai nasum dari Lembaga Dakwah PBNU, Kyai AAB panggilan akrab Dr. KH Abdullah Syamsul Arifin, dalam kesempatan menyampaikan pandangan-pandangan manajemen dakwah, misalnya audien harus diketahui kondisinya tidak disamaratakan, jika dianggap sama maka tidak efektif. Kyai AAB mengajak agar dakwah dilakukan dengan mendidik tidak membidik, harus membimbing tidak membingungkan, harus simpatik, sejuk dan teduh. Untuk audens yang khowas (khusus) harus dg hujjah atau argumen yg realistis, di segmen ini harus dengan haliyah, karena mereka sudah memiliki dasar-dasar agama. Di bagian akhir kyai AAB berpesan agar dalam berdakwah jangan lupa memperhatikan kondisi audien apa kelompok awam apa khawas, insyaallah tujuan dakwah akan tercapai. (mf)