MADINAH(penaindonesia.net) – Jabal Uhud atau Gunung Uhud atau kerap juga disebut Bukit Uhud berlokasi sekitar 5 kilometer sebelah utara kota Madinah. Jabal Uhud merupakan gunung yang kelak ada di surga.
Bagi umat muslim yang melaksanakan ibadah umrah atau haji, biasanya akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Jabal Uhud. Atau minimal melihat Jabal Uhud ketika melintas di Madinah. Gunung ini begitu istimewa.
Jabal Uhud adalah gunung batu berwarna kemerahan, ukurannya tidaklah begitu besar, tingginya sekitar 1.050 m dengan panjang 7 km. Jabal Uhud seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud, yang artinya “bukit menyendiri”.
Jabal Uhud akan Ada di Surga
Mengutip buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya oleh Abdurrahman bin Abdul Karim disebutkan bahwa Jabal Uhud adalah gunung yang kelak berada di surga.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang ada di surga.” (HR. Bukhari).
Anas bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya, Uhud adalah satu gunung yang mencintai kami, dan kami juga mencintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebuah riwayat juga menceritakan, Nabi Muhammad SAW pernah menaiki puncak Uhud bersama Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar al-Faruq, dan Sayyidina Utsman bin Affan. Setelah keempatnya berada di puncak, terasa Gunung Uhud bergetar.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menghentakkan kakinya, dan bersabda, “Tenanglah kamu, Uhud. Di atasmu, sekarang adalah Rasulullah dan orang yang selalu membenarkannya, dan dua orang yang akan mati syahid.” Tak lama setelah itu, Uhud berhenti bergetar. Demikianlah tanda kecintaan dan kegembiraan Uhud menyambut Rasulullah SAW.
Jabal Uhud Saksi Syahid Para Syuhada
Jabal Uhud menjadi saksi dari perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin. Peperangan ini dikenal dengan sebutan Perang Uhud yang terjadi pada 15 Syawal 3 Hijriah atau sekitar bulan Maret tahun 625 Masehi.
Dalam pertempuran tersebut, gugur 70 orang syuhada, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW.
Ahmad Hawassy dalam bukunya Mengais Berkah di Bumi Sang Rasul, menjelaskan makam para syuhada Uhud yang terletak diantara Gunung Uhud dan Bukit Rumat.
Jasad Para Syuhada Uhud Masih Utuh Setelah Ribuan Tahun
Sewaktu terjadi banjir di Madinah, makam 70 orang syuhada Perang Uhud ikut dilanda banjir. Setelah banjir surut, jenazah para sahabat-pun akhirnya terlihat keluar makam.
Istimewanya, jasad jenazah masih dalam keadaan masih utuh, bahkan darahnya masih mengalir dan jasadnya berbau harum. Jenazah para sahabat kemudian dimakamkan kembali seperti semula tapi tidak lagi diberi nama-nama pada nisan tersebut kecuali jenazah paman Rasulullah, Hamzah RA karena dikenali dari luka di bagian dadanya dan memiliki postur badan tinggi besar.
Jenazahnya masih berdarah dan harum. Bahkan tangannya masih memegang luka akibat terkena tombak dan luka ini masih keluar darah walaupun sudah beberapa ribu tahun dimakamkan.
kemudian dimakamkan kembali seperti semula tapi tidak lagi diberi nama-nama pada nisan tersebut kecuali jenazah paman Rasulullah, Hamzah RA karena dikenali dari luka di bagian dadanya dan memiliki postur badan tinggi besar.
Kemudian ada juga jenazah Abdullah bin Jaz ra yang makamnya diberi nisan karena dikenali dari telinga dan hidungnya yang terpotong akibat diikat benang. Kedua orang inilah yang sekarang nisannya ada di Uhud.
Jasad Hamzah bin Abdul Mutthalib Tidak Membusuk di Jabal Uhud
Hamzah bin Abdul Mutthalib ra, sahabat sekaligus paman Rasulullah SAW adalah orang yang mati syahid saat Perang Uhud. Jasadnya tidak mengalami pembusukan dan masih utuh.
Sebelum makamnya dipindahkan karena dilanda banjir, pernah juga sebelumnya makam ini dipindahkan oleh sang anak, Jabir bin Abdillah.
Jabir bin Abdillah bercerita, “Menjelang perang Uhud, ayahku memanggilku pada malam hari. Ia berkata: “Aku merasa akan menjadi orang yang paling pertama gugur di antara para sahabat Nabi SAW. Sungguh aku tidak meninggalkan sesuatupun yang lebih ku sayangi selain engkau, disamping Nabi Muhammad. Sesungguhnya aku memiliki hutang, maka lunasilah. Dan bersikap baiklah kepada saudara-saudara perempuanmu.”
Keesokan harinya saat Perang Uhud, ia pun menjadi orang yang pertama gugur. Ia dimakamkan bersama orang yang lain dalam satu lubang kubur. Tetapi hatiku merasa kurang nyaman membiarkan ayahku satu lubang kubur bersama orang lain. Enam bulan kemudian, aku membongkar makamnya dan mengeluarkannya, jasadnya masih tetap utuh sama seperti pertama kali aku menguburkannya.” (HR. Bukhari)
Petikan hadits di atas membuktikan di mana ayah Jabir ra terbunuh dalam perang Uhud dan ketika enam bulan kemudian makamnya dibongkar, maka jasadnya tetap utuh. Enam bulan adalah waktu yang lama di mana tubuh mayat seharusnya sudah hancur.
Itulah bukti dari kekuasaan Allah SWT. Allah SWT menjanjikan surga bagi para syuhada yang berperang membela agama Islam. Bahkan jasadnya pun dijaga dan mendapat perlindungan. (Red)