Human Interest: Sekeluarga Sakit, Anak Laki Tidur di Halaman Kos
Singaraja.Penaindonesia.net. Ternyata di tengah hiruk pikuk kehidupan glamor masyarakat Kota Singaraja, masih ada keluarga homeless alias keluarga miskin yang tak memiliki rumah
Ironis nan tragis, satu keluarga yang terdiri atas ibu (ayahnya sudab meninggal dunia) dan dua anak semua sakit. Mirisnya lagi, karena uangnya cukup untuk sewa satu kamar kos, sehingga anak lakinya mengalah tidur di luar di halaman kos dengan menggunakan tenda camping berukuran kecil.
Keluarga malang tersebut adalah Sulastri, 47, bersama dua anaknya masing-masing Kadek Putra Yasa, 25, dan Ayuk Vebri Yanti, 16.
Sungguh memilukan, Putra Yasa yang saat ini sebagai guru honor di SMPN 1 Singaraja menderita (secara medis) tumor namun seluruh tubuh terasa ada duri. Putra Yasa sudah menderita penyakit aneh ini sekitar tujuh bulan lebih.
Sementara adiknya, Ayuk Vebri Yanti juga menderita penyakit tumor tulang kaki. Ayuk sudah menjalani kemoterapi namun hingga saat ini kondisi tubuhnya makin drop. Akibatnya, Ayuk sekarang tidak bisa sekolah dan hanya berbarin lemas di kamar. Ayuk tercatat sebagai siswi kelas 2 di SMKN 3 Singaraja.
Sabtu (12/11/2022) pagi DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, Ketua DPC BMI Buleleng bersama sejumlah pengurus BMI Buleleng berkunjung ke tempat kos Sulastri di belakang Kolam Renang Mumbul (Kantor Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng), Kelurahan Banjar Jawa, Singaraja.
DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, yang akrab disapa Dokter Caput itu menjelaskan bahwa kunjungan dirinya bersama jajarannya didampingi Lurah Banjar Jawa Putu Wiriasa, bertujuan untuk menengok Ayuk yang memang sedang sakit. Ternyata kakaknya bersama ibunya juga sakit. Hanya ibunya tetap kuat tidak memperlihatkan dirinya sakit.
“BMI memang peduli terhadap kondisi-kondisi masyarakat seperti ini, kita melakukan kunjungan langsung ke tempat penderita. Dan ternyata memang penderita yang kita lihat sangat memprihatinkan. Ada anak yang masih sekolah, anak gadis menderita kanker tulang. Ini sangat memprihatinkan sekali, dan kita lihat dan kita pun sudah kasih motivasi, kasih juga bingkisan dan obat-obatan.” ungkap Dokter Caput.
Dokter Caput juga memberikan sejumlah uang untuk membantu meringankan biaya pengobatan. “Kami juga memberikan bantuan uang sekedar untuk menambah biaya untuk pengobatan, untuk membeli obat-obatan tambahan,” papar Dokter Caput.
“Tentunya dari dari kegiatan-kegiatan ini nantinya akan bisa memberikan sebuah harapan kepada khususnya pengambil kebijakan. Disini ketika kita tahu informasi seperti ini, kami langsung kontak Pak Lurah, dan memang Pak Lurah ternyata sangat sigap, langsung mendampingi kami untuk melihat meskipun warga ini bukan warga ber-KTP disini tetapi tinggal di wilayah Kelurahan Banjar Jawa ini. Saya apresiasi dengan kesigapan dari Pak Lurah mendampingi saya,” papar dia.
.
Dokter Caput yang juga Wakil Ketua PDI Perjuangan Buleleng berharap agar kondisi pasien yang sangat memprihatinkan ini akan ditindaklanjuti Dinas Sosial dan memberikan perhatian kepada pasien ini. “Dan melalui ini saya sampaikan kepada Dinas terkait, ya Dinas Sosial agar menindaklanjuti untuk kondisi masyarakat, kondisi pasien yang sakit seperti ini, kondisi pasien yang sangat memprihatinkan kita semua. Mohon perhatian dan peduli dari semua pihak dan pemerintah melalui Dinas Sosial,” tandas Dokter Caput.
Dokter Caput merasa sangat tersentuh hatinya karena dalam kondisi ekonomi keluarga yang sangat sulit setelah ditinggal suaminya karena meninggal dunia, Sulastri harus diberi cobaan yang cukup berat. Kedua anaknya menderita sakit yang luar bisa beratnya karena menderita tumor ganas, dan ternyata Sulastri juga menderita sakit namun ia tidak pernah memperlihatkan kondisi sakitnya.
Dengan posisi sebagai single parent, kata Dokter Caput, Sulastri dihadapkan pada dua pilihan yang sulit yakni antara pekerjaan dan rawat anaknya. Karena kodnisi anak-anaknya yang kian parah terutama Ayuk yang setelah menjalani kimoterapi kondisinya makin drop maka Sulastri pun meninggalkan pekerjaan sebagai baby sister dan demi merawat anak. “Ibu ini terpaksa meninggalkan pekerjaanya untuk mendampingi anaknya yang sedang sakit. Sebagai tulang punggung keluarga, kita bisa bayangkan bagaimana penderitaannya,”ucap Doker Caput dengan nada sedih.
“Minimal dengan kehadiran kita ini akan meringankan dan yang terpenting sebenarnya kegiatan-kegiatan ini bagaimana supaya kita menjadi orang yang peduli, dan pintar merasa,” pungkas Dokter Caput. “Saya tidak bisa berkata banyak, ini kondisi keluarga ini, yang harus mendapat perhatian dari kita semua sebagai sesama manusia yang harus saling peduli,” tambahnya lagi
Bagaimana tanggapan Sulastri? Sulastri sangat berterima kasih atas kehadiran Dokter Caput bersama rombongan yang berkenan mengunjugi keluarganya yang semuanya dalam kondisi memprhatinkan itu.
“Saya banyak berterimakasih dan bersyukur ternyata di dunia ini masih juga yang baik, yang peduli sama saya. Karena saya bertahun-tahun saya tinggal, tak punya tempat tinggal,” ceritanya sambil berurai airmata.
Sulastri kemudian bercerita panjang lebar tentang kehidupannya kepada Dokter Caput dan rombongan yang memang meluangkan waktu untuk memberikan pendampingan kepada Sulastri dan anak-anaknya. Dokter Caput pun dengan penuh kebapaan mendengar setiap cerita sedih nan haru yang disampaikan Sulastri bersama anak-anaknya.
Lurah Banjar Jawa, Putu Wiriasa menyatakan dia akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial tentang langkah-langkah yang harus diambil mengingat keluarga ini bukan warga ber-KTP Kelurahan Banjar Jawa. “Kami akan berkoordinasi dulu dengan Dinas Sosial karena keluarga ini bertempat tinggal di wilayah kami tetapi bukan ber-KTP Kelurahan Banjar Jawa. Dia kos disini pun baru sekitar dua minggu,” ucap Lurah Wiriasa. (red /tim )