Tokoh

Catatan Putu Suasta : “Sebuah Pesan Semesta dari Camino de Santiago”

Penindonesia.net. Camino de Santiago merupakan retret berjalan kaki, yang benar-benar jalan kaki, seperti arti terjemahannya jalan kaki ke Santiago yang berjalan kakinya tidak kira-kira ratusan kilometer.

Jadi, hal ini bukan sekadar ziarah dan wisata ke tempat suci atau apalagi sekadar hollyland tour. Berjalan kaki antara 200 hingga 850 kilometer tergantung titik mulainya yang ditempuh selama antara 25-32 hari, melalui 3 Negara Eropa, yakni Perancis, Portugis, Spanyol. Selebihnya, tentang Camino de Santiago bisa kita browsing di Google atau mungkin bisa bertanya kepada umat Katolik. Itupun yang pernah ke sana dan mengalamiya, karena tidak semua juga umat Katolik dunia pernah melakukan perjalanan retret ini.

Yang hendak jadi catatan di sini adalah, seorang Putu Suasta, sampai catatan ini ditulis, sedang melakukan Camino de Santiago, sejak seminggu yang lalu, bersama teman-teman satu rombongan, yaitu Valentino, Milda, Benekditus, Liani yang sudah dua kali melakukan perjalanan yang sama.

Catatan pertama, sudah tentu di benak Putu Suasta, ini bukanlah sekadar melancong atau jalan-jalan budaya ke Eropa layaknya turis. Di Bali, Putu Suasta dikenal sebagai tokoh pemerhati lahir batin bagi kalangan peseni rupa.

Figur berapi-api ini, boleh jadi tidak kenal semua peseni rupa Bali, tetapi Putu Suasta adalah nama yang semua peseni rupa pasti mengenalnya. Pertanyaannya, ada apa Putu Suasta, kok bersusah-susah jalan kaki ratusan kilometer berhari-hari, di negeri orang, di ranah berbau religi yang bukan agamanya?

Catatan kedua, apakah Putu Suasta sedang menghindari hiruk pikuk politik tanah air yang bakal pasti mengganggunya, mengingat ia dikenal bukan saja politisi tingkat nasional dari Bali, tapi juga fungsionaris sebuah parpol yang pernah menjadi the rulling party?

Apakah Putu sedang tidak mau diganggu lagi oleh urusan “perparpolan”yang mungkin sudah membosankan bagi seseorang yang sudah level begawan politik?

Pada catatan pertama, boleh jadi Putu sedang menikmati “laku kabudayan”-nya sebagai pecinta budaya. Boleh jadi ia, seperti biasa, memikirkan dan mencari celah buat sahabat-sahabatnya yang sangat ia pedulikan, para peseni rupa dan pegiat kebudayaan lainnya.

Sebenarnya, ini hal yang biasa ia lakukan, jika ia muhibah ke luar negeri. Jadi, sudah pasti lebih dari itu! . Berletih-letih fisik dan mental menapaki jalan ratusan kilometer berjalan kaki, tentu perkara yang jauh dari sekadar laku agamawi.

Mengingat orang-orang yang melakukan Camino de Santiago ternyata tidak dari kalangan Katolik saja, tapi dari umat beragama lain, dari seantero suku bangsa sejagat bahkan juga dari kaum tidak beragama.

Maka dapat diduga, Putu sedang memperkuat trend kehidupan beragama abad modern ini, yakni agama bukan lagi dianut sebatas iman doktriner yang cenderung saling tidak mengakui melainkan agama sebagai kekayaan bersama umat manusia yang semua merasa wajib saling menjaganya.

Sedangkan pada catatan kedua, boleh jadi Putu bukan menghindar dari kegaduhan parpol, tapi justru sedang memberi sinyal betapa krisisnya etika politik Indonesia saat ini dan sebentar lagi puncaknya.

Mungkin, itulah agaknya yang menjadi pesan semesta yang hendak disampaikan oleh Putu melalui Camino de Santiago-nya. Sebuah pesan yang membuat kita merenung betapa dunia saat ini sedang bergerak cepat menuju solidaritas global, ketimbang hero-heroan bangsa, ideologi apalagi agama.

“Ini ziarah ke masa depan dunia. Semua ras dan agama manusia saat ini berkumpul secara fisik maupun spirit untuk diri dan dunia yang lebih baik!,” ujar Putu Suasta bersemangat disela-sela perjalanan kakinya di sana.

Di Camino de Santiago, Putu seperti hendak mengajak pula berkaca atas apa yang sedang terjadi di Negeri ini, bahwa Polarisasi Ideologi di skala nasional dan (masih) pertikaian identitas di Bali!

“Yang beginian harusnya sudah tutup buku sejak lama!,” kata Putu Suasta via telepon dari lokasi.

“Buen Camino, Tu! Jaga kesehatan, ditunggu di Bali lagi!,” pungkasnya. (red/tim)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button